islamic Center

Yang laris tapi keliru di bulan Sya'ban ~ Islamic Center

Senin, 01 Juni 2015

Yang laris tapi keliru di bulan Sya'ban

Di tengah masyarakat kita beredar banyak hadits-hadits lemah dan palsu seputar keutamaan ibadah pada bulan Sya'ban. Hadits-hadits tersebut menyebar lewat berbagai cara. Mulai dari ceramah para khathib, tulisan di buku, majalah, situs, blog, jejaring sosial, hingga sms.
Berikut ini kami tuliskan contoh kecil dari sebagian hadits lemah dan palsu tersebut agar diketahui bersama oleh kaum muslimin


“Assalamu’alaikum cuma mau ngingetin kalau sekarang ini sudah masuk Sya’ban dan malam nisfu Sya’ban jatuhnya lima Juli malam Jum’at (tutup buku amalan). Jadi sebelum terlambat, saya ingin minta maaf kalau ada kesalahan, baik disengaja maupun tidak, karena Rasulullah SAW bersabda: ‘Barangsiapa yang mengingatkan kedatangan bulan ini (nisfu Sya’ban), haram api neraka baginya. Aamiin’.

Itulah hadist popular di bulan Sya’ban ini. Sejak memasuki bulan Sya’ban, pesan tersebut di atas kita dapatkan, baik via SMS, Jejaring Sosial, maupun BBM. Banyak umat Islam yang langsung men-forward pesan-pesan seperti itu. Namun biasanya kita langsung percaya tanpa berkonsultasi dengan beberapa Ustaz untuk mengecek kebenaran hadist tersebut, termasuk mencari di mesin pencari Mbah Google. Namun, menurut Komisi Penelitian MUI dan Wakil Sekjen MIUMI, Ustaz Fahmi Salim, M.A., hadist itu setelah dilacak tidak ada sumbernya yang jelas “La Ashla Lahu” di dalam kitab-kitab sahih, sunan, dan musnad hadist. Ia hanya ada ditulis dalam kitab durratu Nasihin karya ulama abad ke-13 H, yang terbiasa mengutip hadist-hadist yang lemah, bahkan palsu.
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam pernah pernah bersabda: “Barang siapa mengada-adakan satu perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak “. (HR. Bukhari Muslim)
Dalam riwayat Muslim telah disebutkan: “Barang siapa mengerjakan perbuatan yang tidak kami perintahkan (dalam agama) maka ia tertolak”.

Bermaaf-maafan, terhadap sesama muslim, jelas wajib. Tidak ada larangan untuk
hal itu. Hal tersebut sebagaimana sabda Rasulullah SAW dari Anas bin Malik ra.: “Janganlah kalian saling memutuskan hubungan, jangan saling membelakangi, jangan saling bermusuhan, jangan saling hasud. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim untuk tidak bertegur sapa dengan saudaranya di atas tiga hari.” (HR Muttafaq ‘alaihi).
Dalam riwayat lain disebutkan: dari Abi Ayyub ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim memboikot (tidak bertegur) dengan saudaranya di atas tiga hari, mereka bertemu, sebaik-baik mereka adalah yang memulai dengan salam.”.(HR Muttafaq ‘alaihi).
Namun, jika ada satu perkara yang dilebih-lebihkan, seperti perayaan-perayaan yang dilakukan sepanjang bulan Sya’ban atau SMS/FB/BBM yang sekadar kirim tanpa dicek dan ricek kebenarannya, tentu kita wajib mencari tahu apakah Rasulullah melakukan amalan tersebut atau tidak. Jika tidak, sebaiknya tidak dilakukan.

Hadits Ke-5 Dari Ibunda kaum mu’minin, Ummu Abdillah ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha, dia berkata: “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
‘Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu (amalan) didalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak.’ (HR. Bukhari dan Muslim). Dan dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu tertolak.”

Malam Nishfu Sya’ban itu sama seperti malam lain. Dalam Liqo’ Al Bab Al Maftuh, kaset no. 115, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Malam Nishfu Sya’ban sebenarnya seperti malam-malam lainnya. Janganlah malam tersebut dikhususkan dengan shalat tertentu. Jangan pula mengkhususkan puasa tertentu ketika itu. Namun catatan yang perlu diperhatikan, kami sama sekali tidak katakan, “Barangsiapa yang biasa bangun shalat malam, jangalah ia bangun pada malam Nishfu Sya’ban. Atau barangsiapa yang biasa berpuasa pada ayyamul biid (tanggal 13, 14, 15 H), janganlah ia berpuasa pada hari Nishu Sya’ban (15 Hijriyah).

“Ingat, yang kami maksudkan adalah jangalah mengkhususkan malam Nishfu Sya’ban dengan shalat tertentu atau siang harinya dengan puasa tertentu.”

Dalam I’tiqod Ahlis Sunnah yang dikeluarkan oleh Abu Utsman Ash Shobuni, Abdullah bin Al Mubarok rahimahullah pernah ditanya tentang Allah yang turun di malam Nishfu Sya’ban. Beliau lantas memberi jawaban, “Wahai orang yang lemah! Yang engkau maksudkan adalah malam Nishfu Sya’ban?! Perlu engkau tahu, bahwa Allah itu turun di setiap malam.”

Wallahu'alam bissawab

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, dan kata-kata kotor tidak akan dipublikasikan.

Terima Kasih.